Saya belum sempat menghitung berapa serdadu yang hadir di
lapangan itu, ketika kulihat kepala seorang lelaki tertembus peluru. Darahya mengalir
seperti keluar dari hidung, lalu merembes ke tanah. Badannya tertelungkup. Hanya
menggunakan celana kolor.
Di dekat tempat penembakan itu, ada ratusan perempuan dan
puluhan anak kecil tertunduk lesu di bawah kolong rumah, mereka hanya bisa
menangis. Sesekali menjerit, tapi seketika dibentak serdadu lainnya. Dan suara
kembali diam. Saya masih mengawasi wajah-wajah para perempuan, mencari rupa
istri, adik, atau anak-anak dari laki-laki yang tertembak itu. Tapi tiba-tiba suara
pistol kembali meletus, lelaki lainnya kembali terjungkal, rebah ke tanah.