Minggu, Desember 18, 2011

Menciptakan Air Sehat

Di Lingkungan Kombong, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, saya tinggal bersama keluarga, ada mama, nenek, dan adik-adik. Udara kampung kami cukup sejuk, di depan dan belakang rumah dipenuhi kebun, dari kakao hingga sayur mayur.

Di depan rumah kami, ada sungai yang lebar. Airnya berarus cepat dan jernih. Tahun 1992 saya masuk sekolah dasar, untuk membolos sekolah sungai menjadi andalannya. Di sungai kami bermain lompatan, membuat bola-bola dari tanah, hingga saling kejaran.

Kamis, Desember 15, 2011

Nikah, Membujuk, dan Uang Panaik

Apa yang ada dipikiran Anda tentang uang panaik atau uang hantaran yang disediakan pihak laki-laki bila ingin menikahi seorang perempuan di masyarakat Bugis?

Awalnya, saya mengira uang panaik yang diberikan laki-laki pada perempuan adalah budaya yang sangat menyesatkan. Sangat menganaktirikan kaum perempuan. Seperti penjualan keperawanan anak gadis. Pengertian saya, uang panaik atau dalam arti kesehariannya adalah uang naik.

Senin, Desember 12, 2011

Tak Putus Dirundung Malang


Marten Sambo. Foto oleh; Doni Setiadi
Kisah ulet petani Tabarano, dari kakao menuju merica.

Udara menjelang sore di Dusun Tabarano, Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda, Kecamatan Luwu Timur cukup sejuk. Matahari sudah bersumbunyi dibalik dinding gunung dengan pohon lebat.


Ada beragam kicau burung seperti tak henti memamerkan syair-syairnya. Ada petani penuh semangat membersihkan lahan, ada anak-anak berlarian. Tak ada suara televisi, sinyal telepon pun belum ada, listrik juga hanya sebatas malam – mulai pukul 19.30 hingga 22.00.

Rabu, Desember 07, 2011

Kabar Dini Hari

Dini hari, sekitar pukul 02.00 di awal Oktober 2011, bunyi sirene mobil ambulans membelah kota kecil Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur. Bunyinya menyentakkan orang-orang yang sudah terlelap dengan mimpi. Meski kabar duka sudah mereka terima pukul 10.00 pagi.

Di Jalan Gunung Merapi blok F Nomor 145, ambulans itu berhenti. Orang-orang berkumpul dengan harunya, semua berlinang air mata. Jenazah perempuan remaja diturunkan perlahan, lalu digotong ke atas rumah.