Saya mendengar beberapa kawan punya cerita di warung kopi di sebuah sudut jalan Makassar. Ada sekitar enam orang. Mereka beradu mulut tentang kelakukan Front Pembela Islam (FPI). Cercaan dan lawakan untuk FPI begitu banyak. Rat-rata gemas dan merasa sangat dirugikan oleh kelakukan orang-orang yang tergabung didalamnya. “Sok tahu,”
“Sok suci,”
“Sok merasa benar dan sok merasa Islam sendiri.”
Seperti itulah beberapa nada mereka yang keluar. Ada juga yang lain, “Lebih baik Ahamdiyah itu diadu dengan FPI, yang kalah (duel), maka jangan mengganggu. Begitu toh.”