Kamis, Januari 01, 2009

Kembang Api, Uang, dan Kepercayaan

Rabu, 31 Desember 2008, sekira pukul 20.00 keriuhan mulai nampak disepanjang jalan Pantai Losari. Deru mesin bergerombol saling unjuk gigi. Orang-orang berseliweran. Berjalan sambil senggol-senggolan. Tanpa peduli, mereka sibuk sendiri. Ada yang tiup terompet, ada juga membakar petasan. Banyak remaja perempuan yang teriak histeris, ketika petasan itu meledak didekatnya.

Kebetulan malam itu, ada teman dari Palembang. Namanya Dezrina. Lebih senang disapa DZ. Dia cantik, manis, tinggi, dan murah senyum. Tapi matanya sedikit minus, makanya kemanapun pergi kontak lensa selalu menempel di bola mata.

Dia menjemputku di kantor Harian Fajar, Jalan Urip Sumoharjo. Pakai taksi, bersama dua orang teman, Akbar dan Mega. DZ mengaku senang liburan di Makassar. “Ini kota yang indah,” katanya.