Kamis, Juli 24, 2008

BATMAN Bukan HERO...

Lampu bioskop itu perlahan padam. Saya duduk berderet dengan dua orang teman, di kursi E nomer delapan, sembilan, dan sepuluh. Saya di kursi nomer delapan. Duduk manis. Tangan diselonjorkan di paha. Tak ada popcorn atau minuman yang menenangkan tenggorokan.

Layar besar bioskop hanya beberapa kali memutar trailer film, ada Asterix dan Obelix, film baru Dewi Persik, dan selebihnya adalah iklan. Hal inilah yang membuat saya jengkel. Sepertinya tak sedikit pun ruang di Jakarta yang tak tersentuh iklan. Jadi untuk anda yang ingin nonton bioskop lebih baik terlambat 15 menit, dari waktu tayang di tiket. Sebab saya yakin ini akan menyiksa mata sebelum memasuki babak final nonton film yang diidamkan. “Anjing,” umpatku dalam hati.

Iklan pertama Pepsi, minuman ditegak. Seperti nyata saja sebab di layar yang lebar, sound mendukung. Diikuti Daktarin, rayuan maut untuk obat gatal, dengan pemeran cewek-cewek cantik, tapi sering gatalan. “Daktarin selalu deh,” kata tiga cewek dalam iklan itu bersamaan.

Tak ketinggalan pembalap liar Komeng dan teman-temannya pake Yamaha Jupiter. “Yamaha selalu terdepan,” kata Kemon saudara kembar Komeng. Mau pusing lagi, ada juga You C 1000, minuman vitamin C yang katanya untuk kesegaran. Minuman kesehatan. Makanya jangan makan langsung buah yang mengandung vitamin C lebih baik minuman ini, begitu kira-kira pesan yang akan disampaikan. Atau juga iklan Kompas yang mempertontonkan bagaimana setiap perubahan itu penting, karena mereka (KOMPAS) telah lintas generasi.

Selasa, Juli 22, 2008

Sungguh Sepi Wendi...? (fiksi)

Wendi belum bisa memejamkan kedua kelopak matanya. Jiwanya meronta perih. Ada sesenggukan dalam dada. Tapi tak tahu bagaimana mengeluarkannya. Kini hanya ada ranjang, seprei, dan beberapa pakian kotor yang berserakan. Tak ada lagi yang mengurus.

Pekerjaan di kantor membuatnya linglung tak keruan. Harusnya ia mengambil cuti, tapi kembali ke rumah membuatnya tersiksa setengah hidup.

Jauh hari ketika Wendi belum mendapat rontahan jiwa, ia menulis rindu-nya dalam bait. Wendi punya teori mengabadikan kenangan harus dengan tulisan. Walau menulis baginya cukup sulit. Aturannya jari harus tetap di keyboard. Menulis, menulis, dan menulis.

Rabu, Juli 09, 2008

Ada Cerita ( minggu malam 17 Februari 2008)

Wah, ini kali kedua saya ke Yogyakarta. Cerita ini sudah lampau, tapi baru kemarin saya menemukannya terselip di antara file tit....Alkisah di Kereta Api Progo kelas ekonomi yang saya tumpangi.

Sebagai pengantar bersiap-siap lah untuk terharu, terbahak, dan menulis komentar dengan baik dan sopan. Gunakan kata hatimu untuk menilainya, wwhahahahahaha...

Hari ini saya bersama teman. Namanya Ian alias Nay Bajingan. Anak Lombok kuliah di Universitas Gadjah Mada, fakultas Ilmu Sosial dan Politik, jurusan Ilmu Pemerintahan. Angkatan 2003 sekarang melakukan riset untuk karya akhir skripsinya. Judulnya lumayan berat, tentang komunitas hecker atau nakal dunia maya. Katanya suatu malam padaku, ia ingin lebih tahu bagaimana anak-anak dalam komunitas ini melakukan perlawanan dalam dunia maya. Membuat sebuah perubahan dan melakukan sesuatu dengan sebutan TUHAN KECIL. “Wah, kalau mereka (para hecker) akan menekan tombol enter pada keyboard komputer maka saat itulah mereka bertindak sebagai TUHAN. Bebas melakukan semua yang dianggap bebas.”